Balige adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang merupakan ibukota dari Toba Samosir yang terkenal dengan Danau Toba-nya. Hal inilah yang membuat 36 unsur pimpinan perusahaan dari kalangan travel agent, operator rafting, perhotelan, penerbangan dan media yang tergabung dalam Parhitean Fun Rafting Tournament 2013 mengunjungi tempat tersebut
Acara yang diadakan pada 14 hingga 15 Desember 2013 ini, peserta pertama kali mengungjungi gereja tertua yang bahan bangunannya terbuat dari kayu.
Namanya Gereja Huria Kristen Batak Prostestan (HKBP) Balige, letaknya tak jauh dari pasar Balige.
Dengan dipandu oleh Sebastian Hutabarat yang merupakan Ketua Badan Promosi Pariwisata daerah Tobasa, dirinya menceritakan, gereja tersebut pertama kali berdiri tahun 1861, dimulai oleh lembaga penginjilan dari Jerman.
Saat memasuki pintu masuk gereja, di sana terdapat pigura dua orang pendeta. Di antaranya pendeta yang pertama kali menyebarkan agama Kristen di Toba Samosir yakni Nommensen. Serta pendeta lokal yang berasal dari Balige.
Menurutnya, kedua potret dikhususkan untuk menghargai kedua tokoh tersebut. Setelah melewatinya, di sana langsung ada bangku-bangku gereja yang terbuat dari kayu yang umurnya sudah ratusan tahun.
"Gereja tersebut dibangun dua tingkat dan semuanya dari kayu. Namun kini sudah ada sedikit perubahan yaitu lantainya sudah dikeramik dan pondasi tiangnya sudah di semen," katanya.
Usai melihat gereja tertua tersebut, peserta melanjuti perjalanan melihat salah satu komoditas terkenal dari kota Balige yaitu pabrik kain tenun mandar yang jaraknya 500 meter dari gereja tertua tersebut. [Foto-red]
Dijelaskan Sebastian, kain mandar merupakan hasil kreativitas masyarakat Balige sendiri. Kain tenun ini diproduksi oleh industri kecil yang ada di Balige.
"Pengusaha kain tenun yang ada di daerah ini sudah menggeluti usaha ini selama bertahun-tahun. Kain tenun ini memiliki multifungsi, seperti sebagai pembungkus bayi agar bayi tersebut tetap hangat, sarung untuk salat, bahkan sebagai taplak meja, gorden pintu dan jendela, sarung bantal, seprei dan lainnya," ujarnya.
Dijelaskannya, kualitas kain mandar ini tidak kalah dari produk luar. Kain tenun ini tahan bertahun-tahun, tidak luntur dan harganya pun dapat dijangkau oleh konsumen dari kalangan bawah hingga konsumen konsumen kalangan atas. Motif kain tenun ini adalah kotak dan garis dengan warna yang bermacam macam.
Usai melihat pabrik kain tenun Mandar, para peserta pun berkesempatan berkunjung ke Politeknik Informatika yang terletak di desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti, Toba Samosir.
Politeknik yang kini berumur 13 tahun ini didirikan oleh Bapak Jendral (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan
Dimana, Luhut merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh Batak yang terkenal dan mau membangun daerah dan ingin memberikan ilmu melalui politekniknya kepada pemuda Batak yang pintar tapi kurang mampu.
"Meski terpencil, tapi Politeknik ini mempunyai akses informasi dan jaringan komunikasi ke seantero dunia melalui internet dan TV satelit. Karena itu, tidak mengherankan bila politeknik ini mendapat respons positif dari berbagai lembaga pendidikan di luar negeri," ujarnya.
Usai mengunjungi ketiga tempat wisata tersebut, peserta pun menginap di Hotel Sere Nauli Laguboti dan disambut Ultrison Simangunsong, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toba Samosir.
Keakraban dan kehangatan pun terlihat pada malam tersebut sebelum keesokan harinya, Minggu (15/12/2013) akan dilanjuti pada kompetisi fun rafting di Sungai Asahan oleh para peserta.
Dikatakannya Kadis, kompetisi fun rafting ini diselenggarakan untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan produk wisata kepada para pelaku industri wisata.
"Selama ini, orang selalu mengenal Sungai Asahan sebagai lokasi arung jeram profesional. Sekarang kita ingin memperkenalkan Sungai Asahan dari sudut ekologi masyarakat Tobasa dengan nama Sungai Parhitean. Bahwa Sungai Parhitean ini juga memiliki potensi rafting untuk wisatawan umum," katanya.
Ia juga mengatakan, ajang rafting ini sekaligus merupakan rangkaian kegiatan untuk memperkenalkan kekayaan wisata Tobasa dalam menyemarakkan Festival Danau Toba 2014 yang akan diselenggarakan oleh Kabupaten Toba Samosir selaku tuan rumah.
"Kami telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan di bidang industri pariwisata sepanjang tahun 2013 ini. Keterbukaan akses udara telah meningkat sejak dibukanya rute Silangit-Batam oleh Wings Air.
Sejumlah hotel baru berstandar nasional juga telah berdiri untuk meningkatkan kemampuan kami dalam menyambut tamu-tamu. Dengan berbagai pilihan kegiatan wisata, mulai dari budaya, sejarah hingga petulangan seperti arung jeram, kami semakin percaya diri untuk menyambut para wisatawan di Toba Samosir," paparnya.
Sumatera & Beyond Event Organizer yang dihunjuk sebagai pelaksana kegiatan ini telah mendisain sebuah fun tournament untuk menyemarakkan acara.
"Meskipun tidak semua peserta yang ikut kegiatan ini pernah bermain arung jeram, namun kita ingin memberikan mereka pengalaman kompetisi. Sebab, Sungai Parhitean atau Sungai Asahan memang dikenal sebagai lokasi kompetisi arung jeram berkapasitas internasional, dan bahkan telah ditempatkan sebagai lokasi arung jeram terbaik kedua di dunia. Nah, mereka akan kita ajak seolah-olah sedang berkompetisi sebagaimana para rafter profesional," ungkap Wirastuti selaku pimpinan event organizer.
Untuk membuat kompetisi tersebut terasa benar-benar sebagai ajang sungguh-sungguh, maka hadiah yang disediakan pun adalah emas dan perak dalam bentuk dinar dan dirham.
Dinar dan dirham adalah satuan uang emas dan perak yang digunakan hampir seluruh masyarakat dunia sebelum fiat money (uang kertas) diperkenalkan oleh kalangan perbankan pada dua abad silam yang sekaligus menandai dimulainya era kapitalisme dan industrialisme hingga hari ini. [ded]
KOMENTAR ANDA